Harga Minyak Melonjak Signifikan Dibanding Bulan Agustus
Harga Minyak Melonjak Signifikan Dibanding Bulan Agustus.
Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP)
September 2018 naik signifikan dibandingkan Agustus 2018. Yakni, dari
USD 69,36 menjadi USD 74,88 per barel. Angka itu membuat harga ICP
September berada di level tertinggi selama 2018.
Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, ICP yang cukup tinggi berdampak terhadap pembengkakan defisit migas karena disertai pelemahan kurs rupiah. “Sementara impor minyak per harinya 800 ribu hingga 1 juta barel. Proyeksi defisit migas 2018 sebesar USD 14 miliar, jauh melebihi posisi 2017 sebesar USD 8,5 miliar,” urainya kemarin (5/10).
Meski demikian, tingginya ICP akan berdampak positif terhadap penerimaan migas, khususnya penerimaan negara bukan pajak (PNBP), yang saat ini melebihi target. “Untuk tahun ini akan lewat Rp 300 triliun dari PNBP. Tetapi, subsidi energinya meskipun sudah dinaikkan tetap tidak cukup,” imbuhnya.
Dia juga memperkirakan cashflow Pertamina mengalami potential loss Rp 20 triliun karena menanggung harga keekonomian dan harga premium. Beberapa sentimen pun akan membuat ICP hingga akhir tahun dalam tren meningkat di kisaran USD 85 sampai USD 90 per barel. Sebab, acuan ICP adalah minyak jenis Brent sudah lebih dari USD 84 per barel saat ini.
Tim harga minyak Kementerian ESDM menyebut kenaikan ICP sejalan dengan naiknya harga minyak mentah di pasar internasional.
Di sisi lain, PT Pertamina memprediksi ada lonjakan konsumsi BBM di
Bali sebesar 30 persen selama Annual Meeting IMF-World Bank 2018.
Puncaknya akan terjadi antara H-7 dan H+7 ketika delegasi dan peserta
kegiatan mulai berdatangan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatman Sardjito mengatakan, Pertamina mengantisipasi dengan menyiapkan fasilitas tambahan penyaluran pada terminal BBM dan SPBU ring 1 dari lokasi acara yang berada di Denpasar.
Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, ICP yang cukup tinggi berdampak terhadap pembengkakan defisit migas karena disertai pelemahan kurs rupiah. “Sementara impor minyak per harinya 800 ribu hingga 1 juta barel. Proyeksi defisit migas 2018 sebesar USD 14 miliar, jauh melebihi posisi 2017 sebesar USD 8,5 miliar,” urainya kemarin (5/10).
Meski demikian, tingginya ICP akan berdampak positif terhadap penerimaan migas, khususnya penerimaan negara bukan pajak (PNBP), yang saat ini melebihi target. “Untuk tahun ini akan lewat Rp 300 triliun dari PNBP. Tetapi, subsidi energinya meskipun sudah dinaikkan tetap tidak cukup,” imbuhnya.
Dia juga memperkirakan cashflow Pertamina mengalami potential loss Rp 20 triliun karena menanggung harga keekonomian dan harga premium. Beberapa sentimen pun akan membuat ICP hingga akhir tahun dalam tren meningkat di kisaran USD 85 sampai USD 90 per barel. Sebab, acuan ICP adalah minyak jenis Brent sudah lebih dari USD 84 per barel saat ini.
Tim harga minyak Kementerian ESDM menyebut kenaikan ICP sejalan dengan naiknya harga minyak mentah di pasar internasional.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatman Sardjito mengatakan, Pertamina mengantisipasi dengan menyiapkan fasilitas tambahan penyaluran pada terminal BBM dan SPBU ring 1 dari lokasi acara yang berada di Denpasar.
Comments
Post a Comment